RUPAT UTARA, lintasbarometer.com
Dengan dalih koperasi dan membuat berbagai ijin koperasi mekar sari jaya di desa Kadur Rupat Utara diduga menjadi pemicu habisnya hutan mangrove di pulau Rupat. Bagaimana tidaknya dengan ijin koperasi bersama sama pengusaha arang di Rupat hutan mangrove di Rupat dibabat habis.Tidak tanggung tanggung ratusan ton kayu bakau di tebang di pesisir pantai Rupat terutama selat morong untuk diambil kayunya sebagai bahan baku untuk pembuatan arang.
Dari informasi yang didapatkan tim media lebih dari 5 orang bos mafia arang yang diketuai oleh ATIAN di Rupat ini. Mereka terdiri dari ,HOKUANG, AKOB, ABI, KUISENG/ADIANG. Dan diduga kuat lagi mereka juga melaksanakan setoran kepada dinas terkait baik di Rupat maupun di Bengkalis bahkan di yakini sampai ke provinsi untuk melancarkan usaha ini lagi yang dimana saudara ATIAN sebagai ketua perantaranya.Tidak hanya selat morong, tapi juga di sungai Penuntun,Sungai Niur,btanjung Medang, Medang dalam,bahkan sampai.
kepesisir hutan bakau yang langsung berbatasan dengan laut lepas selat Malaka. Jika satu orang bos punya 30 orang pekerja dikalikan dengan penghasilan kayu perorang satu ton dikalikan berarti hasilnya adalah tiga puluh ton perharinya setiap pemborong ,dengan adanya lima pemborong besar berarti ratusan ton tiap harinya hutan bakau yang di musnahkan dan perlunya waktu yang panjang dan penanaman untuk mengembalikan ke habitatnya semula.
“Untuk big bos ATIAN sendiri lebih dari 30 orang anggotanya ,Jadi udah berapa pak per minggunya kayu bakau kita ini habis setiap minggunya.itu baru satu bos besar belum lagi yang menengah dan kecil.Yang jual serabutan hasil arangnya.Adapun koperasi yang bekerja sama dengan mereka tidak bisa bertanggung jawab dalam hal mengelola hutan,memang ada penanaman mereka laksanakan tapi hanya sebatas apa seribu dua ribu batang sedangkan setiap minggunya.
udah ribuan ton kayu yang mereka tebang.Jadi jelas koperasi mekar sari jaya ini topeng pengusaha mengelabui pemerintah untuk menghancurkan lahan mangrove di Rupat ini.” Ujar salah satu tokoh masyarakat yang tak mau disebutkan namanya .
Pihak media lintasbarometer.com juga berusaha untuk mencari kebenaran dengan menghubungi pak Selamat R selaku pemilik koperasi lewat seluler nya,Dia mengatakan bahwa dia bekerja sesuai dengan prosedur,dan untuk masalah ijin dia sudah lengkap jadi dia nggak takut.
“Untuk mencari faktanya tim mencoba media lintasbarometer.com menyusuri dapur arang di sepanjang selat morong dan faktanya amat mengejutkan karena hampir setiap kampung yang di singgahi masyarakat nya selalu menyebutkan ada dapur arang dengan bos pembelinya ini dan itu.Dalam pantauan pihak media lagi banyaknya tungku arang dalam kapasitas besar masih lagi beroperasi di daerah tersebut.menurut Nara sumber lagi ada puluhan dapur arang yang setiap kali Operasi yang bisa memuat kayu bakau sampai 40 50 ton kayu bakau.
” Bisa dikatakan pak bagaimana abrasi itu nggak terjadi di sungai selat morong dan pulau ini lihat aja semakin berkurangnya ikan dan kepiting yang menjadi penghuni pulau ini, ini punah akibat hilangnya kayu tersebut yang terus diambil untuk kegunaan dapur tersebut Tanpa ada penghijauan kembali.
Kami harapkan sebelum terjadinya perkara yang lebih besar lagi mohon para instansi pemerintah untuk bersama membendung hal ini ,dan menertibkan serta memberi penyuluhan kepada masyarakat banyak pentingnya ekosistem ini di jaga,tidak hanya kepada para pengusaha arang tapi juga kepada perusahaan yang lain yang ada di seputaran pulau Rupat ini.” Ujarnya menutup ceritanya.
SUKMA NUBERI