JAKARTA, lintasbarometer.com
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menelusuri aset-aset tersangka dugaan suap pajak Angin Prayitno Aji, mantan Direktur Pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.
Pelaksana tugas juru bicara KPK, Ali Fikri, mengatakan, lembaganya tidak sekadar menangkap dan memenjarakan Angin karena kasus suap pajak. “Sebagai efek jera, juga dilakukan dengan menuntut denda, uang pengganti, dan perampasan aset hasil tindak pidana untuk pemasukan kas negara,” kata Ali seperti dikutip dari Koran Tempo edisi Senin, 29 Maret 2021.
Angin Prayitno ditetapkan sebagai tersangka kasus suap pajak pada awal Februari lalu. Angin bersama Kepala Subdirektorat Kerja Sama dan Dukungan Pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak, Dadan Ramdani, diduga menerima suap dan gratifikasi mencapai Rp 50 miliar. Keduanya ditengarai menerima suap dari tiga perusahaan, yaitu PT Jhonlin Baratama, PT Gunung Madu Plantations, dan PT Bank Pan Indonesia (Panin).
Angin Prayitno Aji dan Dadan diduga menerima suap dari Ryan Ahmad Ronas, Aulia Imran Magribi, Veronika Lindawati, dan Agus Susetyo. Ryan dan Aulia menjadi konsultan pajak dalam pemeriksaan perpajakan PT Gunung Madu Plantations tahun pajak 2016. Veronika sebagai kuasa Bank Pan Indonesia tahun pajak 2016. Lalu, Agus Susetyo menjadi konsultan pajak PT Jhonlin Baratama tahun pajak 2016 dan 2017.
Majalah Tempo kembali menginvestigasi aset-aset Angin dan berusaha mengkonfirmasi kepada Angin, Sabtu lalu. Namun koresponden Tempo di Surabaya, Nur Hadi, terhalang ketika hendak menemui Angin dalam acara resepsi pernikahan anaknya di gedung Samudra Bumimoro, Surabaya. Bahkan Nur Hadi sempat mengalami penganiayaan. Pelakunya diduga anggota kepolisian.
KPK sudah menggeledah aset Angin di Dusun 3 Wanurejo, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Resort mewah itu bernama Rumah Dharma 1 dan Rumah Dharma 2 Riverside. Penginapan tersebut diduga terhubung dengan Rumah Dharma 3, yang berada di dekat Candi Borobudur.
Tempo berusaha meminta konfirmasi soal pemodal guest house tersebut melalui Manajer Rumah Dharma 3, Ragil Jumedi. Melalui sambungan telepon, Tempo menghubungi Ragil untuk membuat agenda wawancara. Namun yang menjawab adalah pegawainya. “Pak Medi sedang tidak ada di tempat. Silakan tinggalkan pesan,” kata pegawai tersebut, kemarin.
Sementara itu, Ali mengatakan KPK juga tidak menutup kemungkinan untuk menjerat Angin dengan tindak pidana pencucian uang. Ali mengatakan jerat pencucian uang memungkinkan dalam kasus suap pajak ini jika penyidik menemukan bukti yang cukup akan adanya pengalihan hasil suap menjadi aset. “Mana kala memang ada bukti permulaan yang cukup terjadinya perubahan bentuk dari hasil kejahatan korupsi menjadi aset-aset bernilai ekonomis, seperti properti, kendaraan, surat berharga, dan lainnya,” katanya. (Tempo)