JAKARTA, lintasbarometer.com
Mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo saat ini ditahan di Mako Brimob Polri karena pelanggara etik. Dia mengambil CCTV di tempat kejadian perkara (TKP) tewasnya Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J.
Menko Polhukam Mahfud MD menilai tindakan Ferdy Sambo bisa dikategorikan sebagai pelanggaran pidana.
“Bisa masuk dua-duanya. Hukum formal itu kan kristalisasi dari moral dan etika. Jadi pengambilan CCTV itu bisa melanggar etik karena tidak cermat atau tidak profesional dan sekaligus bisa pelanggaran pidana karena obstruction of justicedan lain-lain,” kata Mahfud lewat pesan singkat, Minggu (7/8/2022).
Mahfud menjelaskan bahwa antara pengusutan pelanggaran etik dan pidana dapat dilakukan secara bersama-sama.
“Ya, karena sanksi etik bukan diputus hakim dan bukan hukuman pidana melainkan sanksi administratif seperti pemecatan, penurunan pangkat, teguran, dan lain-lain. Sedangkan peradilan pidana diputus oleh hakim yang hukumannya adalah sanksi pidana seperti masuk penjara, hukuman mati, perampasan harta hasil tindak pidana, dan lain-lain,” ujar Mahfud.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, Sambo ditempatkan di tempat khusus selama 30 hari ke depan untuk menjalani pemeriksaan terkait pelanggaran kode etik.
“(Ditempatkan di tempat khusus) 30 hari, info dari itsus (Inspektorat khusus),” kata Dedi kepada wartawan, Minggu (7/8/2022).
Ferdy Sambo diduga telah melakukan pelanggaran kode etik terkait olah tempat kejadian perkara (TKP) penembakan Brigadir J yakni dengan mengambil CCTV. (Sindonews)