JAKARTA,lintasbarometer.com
Harga minyak dunia sedang menurun tajam. Dikutip dari oilprice.com, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) tinggal USD 0,6 per barel, kemudian minyak Brent USD 25,58 per barel, OPEC Basket seharga USD 18,16 per barel.
Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar angkat bicara mengenai rendahnya harga minyak dunia ini. Menurut Arcandra, Indonesia sebagai salah satu konsumen minyak terbesar di Asia setelah China dan India harus memanfaatkan momentum ini.
“Bagaimana peluang Indonesia jika harga minyak dunia turun seperti sekarang? Di sejumlah negara konsumen minyak besar, dalam situasi ini mereka akan cenderung melakukan kontrak jangka panjang dengan produsen minyak. Harga dan jangka waktu delivery-nya bisa diatur,” kata Arcandra Tahar seperti dikutip dari akun Facebookresminya, Selasa (21/4).
Ia menyarankan Indonesia untuk membuat kontrak pembelian minyak untuk jangka panjang di saat harga sedang rendah seperti saat ini. Tapi memang ada kendalanya, tempat penyimpanan minyak di Indonesia kapasitasnya terbatas. Indonesia hanya bisa menyimpan minyak untuk kebutuhan selama 22 hari.
Untuk mengatasi masalah ini, Arcandra menyarankan agar Indonesia mengakalinya dengan mengatur waktu pengiriman. Minyak yang dibeli jangan dikirim dalam waktu bersamaan, dijadwalkan supaya storage tidak penuh.
“Kalau punya storage yang banyak, tentu minyak yang dibeli bisa langsung dikirimkan. Sebaliknya jika storage-nya terbatas dan sudah penuh, kontrak pembelian bisa tetap dilakukan. Tentunya kita bisa menentukan kapan delivery time dari crude oil tersebut. Harganya pun akan tetap menguntungkan,” tuturnya.
Ia menambahkan, situasi harga minyak yang rendah biasanya dijadikan momentum untuk memperkuat hilir migas. Contohnya dengan mengembangkan proyek kilang minyak, petrochemical dan infrastruktur lain seperti jaringan gas bumi.
“Harapannya, ketika infrastruktur selesai dibangun, rata-rata butuh waktu 3-5 tahun, infrastruktur hilir sudah siap beroperasi ketika harga minyak kembali normal,” papar Arcandra.
Namun Arcandra Tahar memberi catatan, dengan kebutuhan energi yang semakin besar, dalam jangka panjang Indonesia harus bisa mengoptimalkan penggunaan energi domestik, yaitu listrik. Saat ini kebutuhan minyak Indonesia sudah mencapai 1,4 juta barel per hari dan akan terus naik. Untuk menekan impor minyak, sumber-sumber energi yang tersedia di dalam negeri harus lebih dioptimalkan.
“Seperti kita tahu sumber energi untuk listrik banyak tersedia di dalam negeri seperti gas bumi, batu bara dan juga energi baru terbarukan. Berbagai ikhtiar tersebut tentunya telah dan akan terus dilakukan pemerintah. Kita berdoa, semoga setiap langkah yang dilakukan akan memberikan manfaat dan kemajuan bagi negeri tercinta. Inshaa Allah,” tutupnya. (Adm/ Lbr)