Ketua IDI: “Peralatan Medis Dinegara Tetangga Jauh Lebih Mumpuni”

banner 468x60

PEKANBARU, lintasbarometer.com

banner 336x280

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat Dr.Daeng Muhammad Faqih mengungkap kenapa orang Indonesia, khususnya masyarakat Riau, banyak yang berobat ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Salah satunya adalah karena teknologi dan pelayanan Rumah Sakit (RS) di negara tersebut sudah bagus. Padahal, keterampilan dan kemampuan dokter Indonesia jika dibandingkan dengan dokter di Malaysia dan Singapura itu sama dan tidak jauh berbeda.

Selain soal teknologi, pelayanan di rumah sakit di Malaysia dan Singapura juga cukup baik.

Hal tersebut disampaikan Daeng Muhammad Faqih saat konferensi kers, Ahad (19/1/2020) di Hotel Grand Central Pekanbaru.

“Ya kalau keahlian dan kemampuan dokternya, sama saja antara dokter Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Cuma yang membedakan itu teknologi dan pelayanan RS nya mereka yang sudah jauh lebih baik,” terang Daeng.

Itulah faktor kenapa banyak orang Indonesia khususnya Riau lebih berminat untuk berobat di luar. Untuk diketahui sebut Daeng, dokter-dokter Malaysia dan Singapura tersebut gurunya berasal dari Indonesia, terangnya.

“Banyak dokter negara-negara tetangga itu yang menuntut ilmu di Indonesia, dan setelah mereka bekerja justru banyak orang kita yang berobat di sana dibanding negara Indonesia sendiri,” jelasnya lagi.

“Sebetulnya hal ini lucu, orang gurunya orang Indonesia malah banyak yang berobat sama murid-muridnya, tetapi kenapa bisa, itu yang menjadi pertanyaannya,” ujar Daeng.

Ke depannya, sebut Daeng, hal inilah yang menjadi tugas besar dari IDI dan tidak luput juga dari peran pemerintah Provinsi Riau tentunya. Bagaimana Pemprov Riau dan IDI saling bersinergi untuk dapat mengatasi permasalahan ini.

Karena peranan pemerintah sangat besar di sini, kalau dilihat, kata Daeng, RS Malaysia dan Singapura itu, ruangan rawatnya biasa saja, bahkan Indonesiapun jauh lebih bagus, tetapi pelayanannya yang membuat kita ketinggalan jauh.

“Di sana, satu perawat hanya mengurusi 2 pasien paling banyak. Nah kita? Indonesia satu suster itu bisa mengurus pasien sampai dengan 10. Akibatnya pelayanan jadi kurang maksimal dan efektif. Dan kalau bisa kita buat satu suster satu pasien. Supaya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat,” pungkasnya. (Jas)

sumber : mrc

banner 336x280