JAKARTA, lintasbarometer.com
Sumber daya energi utama di Indonesia masih berasal dari fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas. Namun hal ini perlu diwaspadai, karena jumlah yang kian terbatas.
Mari Elka Pangestu, Penasihat Komisi Global dalam Bidang Transformasi Energi Geopolitik di International Renewable Energy Agency (IRENA) menjelaskan, kini hampir seluruh dunia melakukan transformasi ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Menurutnya, Indonesia pun perlu bersiap karena puncak energi fosil itu akan terjadi di 2030.
“Akan terjadi transformasi energi dari tradisional seperti batu bara, minyak bumi, atau fossil fuel ini puncaknya 2030, setelah itu akan turun lagi dan akan beralih ke energi terbarukan,” ujar Mari Elka dalam diskusi panel di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta, Jumat ( 17/1).
Dia melanjutkan, hal tersebut harus menjadi catatan bagi Indonesia. Apalagi, energi tradisional itu masih menjadi sumber utama pada pendapatan pajak dan ekspor.
“Untuk Indonesia yang ketergantungan pada minyak bumi dan batu baranya tinggi, bukan hanya itu, tapi pajak dan ekspor, ini mungkin terjadi 5-10 tahun ke depan. Pick-nya di 2050 lah akan berubah,” jelasnya.
Mari Elka yang baru terpilih sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan transformasi ke energi terbarukan itu terjadi di 2050. Salah satunya karena sejumlah bank dan lembaga internasional yang akan tidak akan mendanai lagi proyek penggunaan energi fosil.
“Perusahaan maupun yang memberi dana bank atau lembaga internasional, seperti bank dunia dan bank lain tidak mau lagi mendanai hal-hal yang terkait penggunaan minyak bumi dan batu bara. Stanchart (Standard Chartered) misalnya, tidak akan pinjamkan ke powerplant batu bara,” tambahnya. (*)
sumber : Kumparan