JAKARTA,lintasbarometer.com
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan, sistem pembelajaran daring yang diberlakukan saat ini memberikan efek positif, baik untuk guru, siswa maupun orang tua.
Untuk guru, dalam waktu singkat dipaksa menciptakan pola pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan bagi anak didiknya.
“Program yang kami targetkan dicapai untuk empat tahun ke depan, akhirnya harus dilakukan dalam tiga bulan ini. Wabah Covid-19 lah yang memaksa guru harus kreatif menggunakan teknologi mencari formula terbaik untuk anak didiknya,” kata Mendikbud Nadiem di Jakarta, Minggu (5/4).
Begitu juga siswa, dengan belajar daring, teknologi yang selama ini sudah akrab dengan mereka, bisa dimanfaatkan untuk belajar. Siswa diajarkan lebih disiplin mengatur waktu belajar daring.
Sedangkan bagi orang tua, dengan belajar daring jadi memahami betapa beratnya tugas seorang guru. Dari situ ortu bisa tahu, apa yang dilakukan guru sejatinya untuk kebaikan siswa.
“Untuk kali pertama, orang tua jadi tahu bagaimana sulitnya menjadi guru. Selama belajar daring, otomatis ortu jadi guru sekaligus pengawas. Saya juga merasakan itu karena harus menjadi guru untuk anak saya. Dari sini, kita harusnya jadi lebih menghargai peranan guru,” tuturnya.
Sebelumnya, Mendikbud menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Salah satu pokok penting dalam edaran ini adalah tentang belajar dari rumah.
Mendikbud menekankan bahwa pembelajaran dalam jaringan (daring)/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.
“Kami ingin mengajurkan bagi daerah yang sudah melakukan belajar dari rumah agar dipastikan gurunya juga mengajar dari rumah untuk menjaga keamanan guru, itu sangat penting,” pesan Nadiem.
Pembelajaran daring/jarak jauh difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa mengenai virus korona dan wabah Covid-19.
Adapun aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk dalam hal kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah.
Bukti atau produk aktivitas belajar diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
“Walaupun banyak sekolah menerapkan belajar dari rumah, bukan berarti gurunya hanya memberikan pekerjaan saja kepada muridnya. Tetapi juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu muridnya dalam mengerjakan tugasnya. Mohon walaupun bekerja dari rumah, mohon siswa-siswa kita juga dibimbing,” jelas Mendikbud.
Dia menambahkan, Kemendikbud sedang dan terus melakukan kerja sama dengan berbagai perusahaan telekomunikasi untuk memberikan subsidi data bagi siswa dan guru yang melakukan pembelajaran daring.
“Surat Edaran ini kami sampaikan kepada para Kepala Daerah di seluruh Indonesia untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan,” pungkas Mendikbud Nadiem Makarim. (JPNN/Lbr)