JAKARTA, lintasbarometer.com
Harga minyak dunia anjlok hingga di bawah 20 dollar AS per barel akibat wabah virus corona atau Covid-19 yang membuat permintaan akan minyak dunia turun drastis.
Permintaan BBM di dalam negeri juga merosot mengingat pemberlakukan pembatasan yang membuat lebih banyak kendaraan parkir di rumah. Turunnya konsumsi BBM juga disumbang signifikan oleh kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Penetapan harga BBM di Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM 62K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Berikut harga BBM yang dijual di SPBU Pertamina maupun swasta per Minggu, 3 Mei 2020, di Jabodetabek.
Harga BBM Pertamina
Pertalite Rp 7.650
Pertamax Rp 9.000
Pertamax Turbo Rp 9.850
Dexlite Rp 9.500
Pertamina Dex Rp 10.200
Shell
Shell Regular Rp 9.075
Shell Super Rp 9.125
Shell V-Power Rp 9.650
Shell Diesel Rp 9.850
Total
Performance 90 Rp 9.075
Performance 92 Rp 9.125
Performance 95 Rp 9.650
Performance Diesel Rp 9.850
British Petroleum (BP)
BP 90 Rp 9.075
BP 92 Rp 9.125
BP 95 Rp 9.650
BP Diesel Rp 9.525
Pertamina belum bisa turunkan harga BBM
Dikutip dari Kontan, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, dalam penentuan harga BBM, Pertamina menggunakan patokan harga minyak global dua bulan ke belakang. Itu artinya untuk menentukan harga BBM pada bulan April, Pertamina menggunakan patokan harga minyak di bulan Februari.
Menurut dia, harga minyak dunia di bulan Februari masih tinggi. Berdasarkan data Bloomberg, merujuk harga crude oil WTI futures bulan Februari rata-rata masih di kisaran 50 dollar AS per mmbtu.
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 62.K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Dalam menetapkan harga jual BBM dalam satu bulan menggunakan acuan rata-rata harga Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus periode tanggal 25 pada dua bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24 satu bulan sebelumnya.
Menurut Nicke, sejatinya ada anomali harga MOPS dan Argus. “Harga dua acuan minyak tersebut lebih rendah dari minyak mentah,” jelas Nicke.
Dengan kondisi seperti itu, kata Nicke, Pertamina bisa saja membeli langsung BBM di pasar global dan menutup semua kilang-kilangnya karena lebih murah membeli BBM ketimbang minyak mentah.
Namun, kebijakan tersebut tidak mungkin diambil. Pasalnya, operasional kilang terkait dengan berbagai aspek, antara lain, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) hingga pekerja di kilang-kilang Pertamina.
“Nanti mati semua, para KKKS produksinya bagaimana? Menutup hulu juga perlu biaya, reaktivasi nantinya juga perlu biaya,” jelasnya.
Tak hanya itu saja, Pertamina juga mengalami tekanan dari pelemahan nilai tukar rupiah. Pasalnya, 93 persen pengeluaran Pertamina menggunakan kurs dollar AS.
Selain itu, permintaan turun tajam. Secara nasional, permintaan BBM turun hingga 25 persen.
“Bahkan di kota-kota besar, penurunan permintaan lebih dari 50 persen,” ujar Nicke.
Di sisi lain, meskipun belum menyesuaikan harga BBM, Pertamina sudah memberikan diskon berupa uang kembali (cashback) bagi pelanggan Pertamax dan Dex series sebesar 30 persen.
Diskon diberikan bagi pelanggan yang bertransaksi secara non tunai menggunakan aplikasi milik BUMN selama periode 31 Mei-16 Juni 2019. (BP/ Lbr)