AS Tuding Tiongkok dan Negara Lain Termasuk Indonesia Palsukan Data COVID-19

banner 468x60

Lintasbarometer.com

banner 336x280

Tiongkok telah memalsukan jumlah kasus dan kematian akibat virus corona di negaranya. Demikian diungkapkan perwakilan intelijen AS.

Dilansir Aljazeera, Kamis 2 April 2020, laporan tersebut diterima Gedung Putih pada pekan lalu.

Para pejabat meminta untuk tidak memeriksa laporan itu lebih lanjut karena ini merupakan informasi rahasia.

Mereka juga mengatakan bahwa laporan Tiongkok ke publik tentang kasus dan kematian negaranya sengaja dibuat tidak lengkap agar publik tidak mengetahui hal ini.

Selain itu, laporan tersebut menyimpulkan bahwa Tiongkok memberikan jumlah palsu yang sudah dimanipulasi terkait korban akibat virus ini.

Berdasarkan data dari Universitas Johnn Hopkins, Tiongkok hanya melaporkan sekitar 82.000 kasus dan 3.300 kematian.

Dibandingkan jumlah tersebut, AS memiliki jumlah yang lebih besar dari Tiongkok dengan lebih dari 189.000 kasus dan lebih dari 4.000 kematian.

Padahal, virus corona ini pertama kali ditemukan di Tiongkok.

Dilansir Aljazeera yang mengutip dari Bloomberg, kedutaan besar Tiongkok di Washington belum bisa menanggapi laporan tersebut.

Hal ini mengundang cibiran dari berbagai pihak yang berspekulasi bahwa Tiongkok kurang teliti dalam menghitung jumlah kasus penting seperti ini.

Padahal, pemerintah negara tersebut telah berulang kali mengubah metodenya dalam menghitung kasus dengan cara memisahkan antara pasien yang bergejala dan tidak.

Menurut laporan yang ada, Tiongkok telah menambahkan lebih dari 1.500 kasus tanpa gejala ke dalam perhitungannya pada hari Selasa lalu.

Deborah Birx, salah seorang ahli imunologi di Departemen Luar Negeri, akhirnya memberikan tanggapan mengenai kasus ini.

Ia mengatakan bahwa pelaporan jumlah kasus dari Tiongkok akan mempengaruhi pandangan negara lain tentang virus ini.

Salah satu komunitas medis telah menafsirkan data tersebut dan mengatakan bahwa mungkin data yang diberikan Tiongkok bisa jadi benar.

Namun, jumlahnya lebih sedikit ketimbang yang diperkirakan.

Negara lain

Ternyata, Tiongkok bukan satu-satunya negara yang dicurigai memalsukan jumlah kasus.

Beberapa negara seperti Iran, Rusia, Indonesia, serta Korea Utara juga dicurigai melakukan hal yang sama.

Sementara, Arab Saudi dan Mesir diduga hanya mengecilkan jumlah kasus di negaranya saja.

Menteri Luar Negeri AS, Michael Pompeo, telah secara terbuka mendesak Tiongkok dan negara-negara lain untuk transparan menginformasikan kondisi wabah yang ada di negara mereka.

Dia juga menuduh Tiongkok telah menutupi kasus ini sejak lama dan sengaja memperlambat informasi, terutama pada minggu-minggu setelah virus ini pertama kali muncul.

“Kumpulan data ini sangat penting,” katanya pada konferensi pers di Washington pada Selasa 31 Maret 2020 waktu setempat.

Menurutnya, kemajuan alat medis dan tips-tips kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk memerangi virus ini.

“Saya akan mendesak setiap negara untuk mengumpulkan data secara benar. Jika sudah, sebarkanlah informasi itu secara jujur,” katanya.

“Kami pun disini melakukan hal yang sama.(Adm/Net)

sumber : Pikiran Rakyat

banner 336x280