Mahasiswa Ingatkan Pengusaha Tambang yang dapat Kuota Ekspor Perhatikan Lingkungan

Nasional, Umum13617 Dilihat
banner 468x60

KEPULAUAN RIAU, lintasbarometer.com

banner 336x280

PRESIDEN Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (Presma UMRAH) Rindi Apriadi mengingatkan pengusaha yang mendapatkan kuota ekspor bauksit 2,2 juta ton ke Cina untuk memperhatikan lingkungan di lokasi pertambangan.

“Jangan sampai peristiwa buruk akibat pertambangan di Bintan belum lama ini terjadi di Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga,” katanya di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), Jumat (17/1/2020).

Ia menegaskan potensi kerusakan lingkungan akibat pertambangam bauksit cukup besar. Buktinya, lingkungan di lokasi pertambangan bauksit di Desa Langkap dan Desa Pengambil, Singkep Barat, yang dikelola PT Telaga Bintan Jaya sejak tahun 2008 masih dalam kondisi rusak.

Rindi merasa aneh perusahaan itu mendapatkan kuota ekspor bauksit dari Kementerian Perdagangan pada Juli 2019. Izin itu berlaku sampai setahun.

Izin itu ditandatangani oleh Pelaksana Harian Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Karyanto Suprih. Ia mempertanyakan apakah penetapan kuota ekspor dapat diteken oleh pelaksana harian.

“Kami belum melihat ada pembangunan ‘smelter’. Artinya, bauksit kembali dijual mentah ke China,” katanya.

PT Telaga Bintan Jaya (TBJ) sampai sekarang belum membangun “smelter” bauksit di Desa Langkap dan Desa Pengambil, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, meski sudah beroperasi sejak tahun 2008.

Pemilik PT Telaga Bintan Jaya, Suryono, mengatakan, perusahaannya mengalami beragam kendala untuk membangun “smelter” saat masih melakukan pertambangan bauksit. Kendala yang dihadapi seperti perubahan regulasi.

“Ada perubahan regulasi yang menyebabkan kami kesulitan membangun ‘smelter’,” katanya, yang juga pengusaha perumahan terbesar di Kota Tanjungpinang.

Suryono yang menguasai lahan lebih dari 1.000 hektare itu sejak beberapa bulan lalu sudah mulai beraktivitas kembali, melakukan pertambangan bauksit di Singkep Barat.

Ia mengaku sudah menggandeng pengusaha asal Cina untuk membangun “smelter” dan kawasan perindustrian di daerah itu. Namun saat ini, lahan untuk pembangunan “smelter” masih sebatas pengerasan lahan.

 

 

sumber:galamedianews

banner 336x280