lintasbarometer.com
Muhammad Syahrul Hafid, remaja berusia 19 tahun, jadi target pembunuhan sejumlah preman di Mojokerto, Jawa Timur. Dia berselingkuh dengan istri orang bernama Ahmad Ali Mustofa.
Kisah perselingkuhan mahasiswa dengan istri orang itu terkuak saat Polres Mojokerto merilis kasus penganiayaan, Jumat (17/1/2020).
“Korban mengalami luka serius di wajah, cacat seumur hidup. Sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit,” ucap Kapolres Mojokerto AKBP Feby D P Hutagalung.
Motif penganiayaan karena tersangka perencana cemburu istrinya digoda. “Istrinya diganggu korban dan akhirnya menyewa beberapa orang untuk mengeroyok korban,” ucapnya.
Aksi penganiayaan itu terjadi usai Ali mengetahui istrinya, Yanti berselingkuh dengan korban. Kadung murka dengan perbuatan Syahrul, Ali menyewa empat orang preman yang juga jadi tersangka penganiayaan.
Mereka antara lain Nurhasan alias Nyarkek (36), Wiwit Ariyanto, (26), Hamzah Zainul Ma’arif alias Jaipong, (36), dan seorang lagi yang biasa dipanggil Tompel masih buron.
Peristiwa penganiayaan itu terjadi 14 Oktober 2019. Korban dianiaya dalam perjalanan pulang mengantar istri pelaku setelah mengajak bertemu di acara pameran atau expo di Stadion Gajah Mada, Mojosari.
Beruntung korban masih selamat jiwanya namun mengalami luka serius akibat bacokan senjata tajam terutama di bagian wajah. Korban pun masih terkapar di rumah sakit.
loading…
Dalam kasus ini, Ali pun melibatkan seorang gadis sekaligus teman istrinya bernama Vina Octaviani (21) agar memancing korban untuk bertemu. Terkait keterlibatannya itu, Vina pun telah ditetapkan sebagai tersangka.
Istri Ali yang digoda Syahrul dan masih buron. Vina berdalih dia hanya mengantarkan Yanti yang sedang hamil besar untuk memancing korban di lokasi tempat penganiayaan.
“Yang (chat) WhatsApp (korban) itu teman saya, Yanti, yang mengajak ketemuan dan berkenalan. Aku cuma diajak mengantar. Kasihan karena dia hamil besar,” kata Vina.
Kepada polisi, Ali mengaku memang menyewa empat orang yang dibayar total Rp1 juta. Sedangkan Vina diberi upah Rp150 ribu.
Para tersangka dijerat pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dengan ancaman pidana penjara paling lama 10 tahun. Barang bukti yang disita antara lain dua unit sepeda motor, sebuah pedang, dan delapan handphone.
sumber:rakyatku