JAKARTA, lintasbarometer.com
Kejaksaan Agung (Kejagung) belum bisa memastikan soal keterlibatan perusahaan Bakrie Group dalam jual beli saham terkait kasus dugaan skandal korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Penyidik saat ini masih melakukan penyidikan untuk mengembangkan kasus tersebut.
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kejaksaan Agung Febrie Adriansyah mengaku pihaknya belum mengetahui hasil penyidikan terkait keterlibatan perusahaan Bakrie Group dalam kasus dugaan korupsi Jiwasraya.
Meski demikian, kata Febrie, kejahatan dalam kasus Jiwasraya sangat kental dengan transaksi jual beli saham menggunakan uang dari hasil korupsi.
“Sampai saat ini kita belum lihat dari hasil penyidikan kita. Tetapi sekali lagi bahwa kejahatan ini kental dengan transaksi,” kata Febrie di Kejaksaan Agung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (28/2/2020).
Lebih lanjut dikatakannya, penyidik JAMpidsus masih menunggu hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait kerugian negara dalam jual beli saham. Diketahui, saham Jiwasraya juga berada di perusahaan Bakrie Group yang dimiliki Aburizal Bakrie.
“Nah transaksi ini memang yang meneliti dan punya kompetensi itu adalah auditor. Nah kita tunggu hasil dari temen-temen BPK hasil auditnya,” ujarnya.
Sebelumnya diketahui, Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Hari Setiyono, mengatakan pihaknya bakal menindaklanjuti kabar tersebut.
“Nanti, akan dicoba ditindaklanjuti. Tentu akan kita kejar kalau memang Jiwasraya menginvestasikan ke salah satu perusahaan di Bakire Group,” kata Hari di Gedung Bundar Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (JAM Pidsus), Kejagung, Jakarta Selatan, Senin (24/2) malam.
Sebagaimana diketahui, Kejaksaan Agung RI telah menetapkan enam tersangka terkait kasus skandal korupsi PT Jiwasraya. Keenam tersangka itu diantaranya; Komisaris PT Hanson International Benny Tjokrosaputro, Kepala Divisi Investasi Jiwasraya Syahmirwan, eks Dirut Jiwasraya Hendrisman Rahim, Mantan Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo, Presiden Komisaris PT Trada Alam Mineral, Heru Hidayat, dan Direktur Utama PT Maxima Integra Joko Hartoni Tirto. (Ic/Lbr)