PEKANBARU, lintasbarometer.com
Komisi II DPRD Riau, telah memanggil Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau untuk dimintai keterangan terkait proges distribusi hibah ternak sapi yang sudah dinantikan programnya oleh masyarakat.
Ketua Komisi II DPRD Riau Robin P Hutagalung mengatakan, pada rapat dengar pendapat (RDP), Rabu (6/4/2022) kemarin, pihaknya meminta penjelasan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau Herman. Mempertanyakan apa yang menjadi kendala sehingga bantuan sapi sebanyak 1.800 ekor itu belum juga direalisasikan kepada masyarakat.
“Kami ingin tahu sebenarnya apa kendalanya? Kenapa sapi ini belum disalurkan ke masyarakat? Apa saja progres yang sudah berjalan? Kami ingin dapat gambaran kondisi di lapangan seperti apa. Kita tidak ingin program ini terkendala lagi. Masyarakat sudah tiga tahun menanti,” kata Robin, Kamis (7/4//2022).
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau Herman, kata Robin mengatakan penyaluran sapi kepada penerima manfaat sedikit terhambat karena adanya wabah penyakit. Ada delapan kabupaten/kota di Riau yang sapi ternaknya teridentifikasi terkena penyakit kulit sapi berbenjol atau Lumpy Skin Desease (LSD) yang saat ini sedang mewabah.
Demi mencegah penyebaran wabah penyakit LSD ini agar tidak meluas, maka pihaknya untuk saat ini belum bisa menyalurkan hibah sapi ternak yang didatangkan dari luar daerah ke 8 kabupaten/kota tersebut. Namun, untuk kabupaten/kota yang tidak terkontaminasi wabah LSD ini, pihaknya secepatnya akan menyalurkan.
Untuk pengadaan hibah sapi masyarakat yang 1800 ekor tersebut, ada 8 kabupaten yang terkena wabah. Termasuk Indragiri Hilir, sapi yang teserang penyakit ini menurut informasi datang dari luar negeri. Kampar juga kena, termasuk Pelalawan. Sementara untuk Rokan Hilir, Kuansing, Pekanbaru dan Kepulauan Meranti tidak kena. Tahap awal disalurkan untuk kabupaten yang tidak terkena wabah.
Pada tahab awal didistribusikan dulu sebanyak 30 persen dari total bantuan 1.800, yakni 580 ekor sapi. Tapi kendala lainnya, 580 ekor sapi bantuan ini pun masih tertahan di Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Bangkalan, Jawa Timur (Jatim).
“Yang 580 ekor ini masih ditahan di Stasiun Karantina Bengkalan, Jatim. Karena sapi-sapi ini kurang cocok dengan angin laut (posisi stasiun karantina dekat dengan laut) sudah enam ekor yang mati. Tentu kita sangat sayangkan sekali kita berharap agar bantuan sapi ini segera dikirimkan ke Riau. Apalagi biaya untuk pakan ternaknya cukup besar, Rp20 juta sehari. Ini sudah hari ke sembilan, biayanya ditanggung oleh pihak rekanan,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau Herman.
Sisanya, delapan kabupaten/kota lainnya akan disalurkan setelah sapi-sapi yang ada di wilayah setempat mendapat dosis vaksin untuk membentuk kekebalan tubuh sehingga kebal dari penyakit.
“Jadi di 8 kabupaten/kota ini kita sudah salurkan vaksin sebanyak 7.000 dosis yang dikirimkan dari Mesir. Vaksin ini merupakan bantuan dari Australa. Dengan asumsi agar sapi-sapi di daerah terbentuk kekebalan imunnya. Ini butuh waktu 28 hari. Jadi setelah itu baru bisa kita distribusikan bantuan sapi yang sisanya itu,” cakapnya.
Sementara itu, Plh Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Pekanbaru Apep mengatakan sesuai dengan aturannya, lalulintas pengiriman sapi di daerah yang terserang wabah tidak diperbolehkan. Itulah alasan mengapa bantuan sapi ini masih belum diberangkatkan dari Bengkala, Jatim.
“Kami juga sudah proaktif, berkomunikasi dengan pusat agar ini dicarikan jalan keluarnya. Kami juga menunggu adanya instruksi dari pusat untuk pemberangkatan bantuan sapi ini ke Riau,” tukasnya. (Clh/ lbr)